Nama    : Tri Warni

NIM      : F1C121062

Kelas     : R002

PRAKTIKUM KIMIA FISIK LANJUT

POSTTEST-KONSENTRASI KRITIS MISEL (KKM) DAN ENTALPI (ΔH) DARI GELATIN PADA BERBAGAI SUHU

Asisten Laboratorium :

Putri Ramadhanti, S.Si

Andreas Sihotang (F1C119051)    

KONSENTRASI KRITIS MISEL (KKM) DAN ENTALPI (ΔH) DARI GELATIN PADA BERBAGAI SUHU

          Dalam suatu sistem biner (surfaktan-air), surfaktan dapat membentuk struktur tertentu bergantung pada konsentrasinya. Surfaktan ini berperan sebagai senyawa pengarah struktur dalam bentuk misel, dimana bukan molekul tunggal. Dengan meningkatnya konsentrasi larutan molekul-molekul surfaktan saling manata diri membentuk suatu agregaf. Konsentrasi awal dimana molekul tunggal mengalami agregasi membentuk misel isotropik disebut konsentrasi kritis misel (KKM). Misel-misel tersebut dapat berupa kristal cair karena dapat mengalir seperti cairan, akan tetapi Kristal tersebut memiliki volumenya dalam fungsi keteraturan struktur layaknya Kristal. Kristal cair tersebut berfungsi sebagai template terjadinya polimerisasi spesies anorganik, yaitu anion silikat. Pori pada struktur yang berupa heksagonal dapat terbentuk karena adanya template pengarah struktur yang berupa misel dari surfaktan. Proses kristalisasi mengubah silikat menjadi silika oksida (amorf) yang mengelilingi misel. Namun sebelum itu prekursol silikat dibentuk menjadi bentuk heksanogonal ( Trisanaryanti, 2018).

            Gelatin berasal dari bahasa latin, gelato yang menggambarkan sifat khas ‘’pembentukan gel dalam air’’. Gelatin secara alami tidak ada, tetapi berasal dari protein kalogen melalui hidrolisis pada struktur sekunder dan struktur yang lebih kompleks dari rantai polipeptida protein kalogen. Kalogen bersifat alamiah, baik terbentuk inframolekuler dan intermolekuler pada suhu lebih dari 40ºC. Hidrolisis pada suasana asam akan terurai dan pecah menjadi berbagai komponen dengan berat molekul lebih kecil dan bervariasi. Berdasarkan proses pembuatannya, gelatin dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu tipe A yang diperoleh melalui proses perendaman dalam larutan asam dan gelatin tipe B yang diperoleh melalui proses perendaman dalam larutan alkali atau basa (Pertiwi et al., 2018).



Gambar 1. Struktur kimia gelatin

Sumber : researchgate.net/figure/Gambar-1-Struktur-kimia-gelatin-Figure-1-Chemical-structure-of-gelatine_fig1_314166133

            Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai gugus hidrofil dan hidrofob yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan air dan tegangan antar muka larutan surfaktan dengan larutan kotoran sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktan kationik digunakan dalam berbagai produk, seperti pelembut kain, inhibitor korosi, dan agen antimikroba. Surfaktan kationik yang umum digunakan termasuk alkil amonium kuatemer, benzylalkylammonium, alkylpyridinium, dan imidazolium garam. Surfaktan kationik sering digunakan sebagai molekul pengarah dalam sintesis material berpori (Juni et al., 2013).

Gambar 2. Surfaktan didalam air

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Surfaktan

            Fenomena adsorpsi surfaktan ini terjadi ketika surfaktan ada pada suatu system dalam kadar yang rendah dan keberadaannya di daerah permukaan/antarmuka yang mengubah energy bebas secara signifikan. Setelah menempati seluruh area permukaan/antarmuka, molekul surfaktan akan mengalami agregasi (akumulasi-mandiri) dan membentuk struktur supramolekul yang disebut misel. Bentukan misel muncul pada kadar surfaktan monomeric tertentu yang dikenaldengan istilah kadar misel kritis (KMK).


Gambar 3. Skema ilustrasi kesetimbangan termodinamika bolak-balik antara monomer surfaktan-misel

Sumber : https://www.google.co.id/books/edition/Strategi_Peningkatan_Kelarutan_Bahan_Akt/o3UCEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=miselisasi+adalah&pg=PA227&printsec=frontcover

Gambar diatas menunjukkan struktur misel, dengan bagian ekor hidrofobik mengarah ke inti untuk menghindari kontak dengan air, dan kepala hidrofilik tetap berada di permukaan luar untuk memaksimalkan kontak dengan air (Setyawan dan Paramita, 2019).

            Misel adalah struktur molekul surfaktan amfilik netral ataupun ionic merukuran kecil (10-100 nm). Misel dapat dibentuk dalam larutan air dengan cara merakit sendiri, didorong oleh interaksi yang menaraik antara bagian hidrofilik surfaktan dan molekul air. Nilai konsentrasi kritis misel surfaktan dapat diperoleh juga dari pengukuran tegangan permukaan sebagai fungsi dari 70 pengingkatan konsentrasi surfaktan. Misel semakin penting sebagai pembuka, serbaguna untuk zat hidrofobik dan jumlah nano untuk berbagai aplikasi farmasi, medis, dianalitik dan temperautik. Terbentuknya misel dengan membuat larutan akan berupa seperti beberapa faktor yang sering diketahui yaitu seperti tegangan permukaan, viskositas, dan dayanya listrik dan lain sebagainya (Schilz et al., 2018).

            Pembentukan misel dalam larutan berair dan tidak berair dari banyak surfaktan telah banyak dipelajari. Perkembangan konsep misel lebih dari satu abad Tinjauan awal tentang sifat misel dan model penjelas membahas masalah yang masih diperdebatkan secara aktif.4 Literatur yang lebih baru diperkaya dengan penerapan NMR, spektroskopi neutron, dan teknik lain untuk mempelajari miselisasi. Perkiraan eksperimental entalpi miselisasi telah diperoleh dari kalorimetri klasik, serta kalorimetri titrasi isotermal (ITC) yang baru dikembangkan. Entalpi ini mengundang perbandingan dengan yang berasal dari variasi konsentrasi misel kritis (cmc's) dengan suhu, tetapi pertanyaan termodinamika dasar masih belum terselesaikan (Mcghee et al., 2021).

 

Gambar 4. https://pubs.acs.org/doi/10.1021/acs.langmuir.1c01040

            Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan tentang konsentrasi kritis misel (KKM) dan entalpi (ΔH) dari gelatin pada berbagai suhu. Misel dapat terbentuk jika pada larutan dengan konsentrasi tinggi di mana ditunjukkan dengan adanya beberapa perubahan sifat fisik seperti turbiditas, tekanan osmosis, tegangan muka dan daya hantar listrik. Konsentrasi larutan dimana misel terbentuk disebut konsentrasi kritis misel (KKM). Surfaktan atau surface active agents atau wetting agents yang merupakan bahan organik yang berperan sebagai bahan aktif pada deterjen sabun dan sampo surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga memungkinkan partikel-partikel yang menempel pada bahan-bahan yang dicuci terlepas dan mengapung atau terlarut dalam air.

            Digunakan gelatin sebagai surfaktan dikarenakan gelatin memiliki sifat yang menyerupai surfaktan. Pertama-tama 2.5 gram gelatin dilarutkan dalam 500 ml aquades dan dipanaskan. Tujuan pemanasan agar gelatin cepat larut. Gelatin yang larut diambil masing-masing 42.0; 44.8; 45.6; 46.4; 47.2; 48.0 dan 52.0. kemudian diencerkan dengan konsentrasi larutan 2.10; 2.22; 2.26; 2.30; 2.34; 2.38 dan 2.50. dan kemudian diukur tegangan mukanya pada suhu 15, 17, 19, 21, 23, 25, 27, 29, 31, 33 dan 35˚C. semakin besar konsentrasi misel dalam suatu larutan maka akan semakin besar daya hantarnya. Hal ini dikarenakan banyaknya ion-ion dari larutan yang dapat menyentuh konduktor apabila di uji daya hantarnya.

            Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan larutan konstan, walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan yang lebih konsentrasi maka dapat tercapai suatu titik di mana baik antara muka ataupun dalam cairan menjadi jenuh dengan monomer. Jika konsentrasi surfaktan terus ditambah hingga berlebihan, maka mereka akan berakhir beragregasi terus untuk membentuk misel. Tegangan antar muka ini menurun sehingga KKM tercapai. Setelah KKM tercapai tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa bahwa antarmuka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam kesetimbangan dinamis dengan monomernya.

DAFTAR PUSTAKA

Mcghee, B., J. Mingins dan B.A. Pethica. 2021. “Thermodynamics of Micellization of Ionized Surfactants: The Equivalence of Enthalpies of Micellization from Calorimetry and the Variation of Critical Micelle Points with Temperature as Exemplified for Aqueous Solutions of an Aliphatic Cationic Surfactant”. Langmuir. Vol. 37 (1) : 8569-8576.

Pertiwi, M., Y. Atma., A.Z.A. Mustofa, dan R.Maisaroh. 2018. ‘’Karakteristik Fisik dan Kimia Geltin dari Tulang Ikan Patin dengan Pre-Treatment Asam Nitrat’’. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 7 (2) : 83-91.

Schilz, N., T. Behnke, dan U.R. Genger. 2018. ‘’Determination of the Critical Micelle Concentration of Neutral and Ionic Surfactans Concentration of Conductometry and Surface Tension-A Method Composison’’. Journal Of Fluorescense. Vol. 1(1) : 1-12.

Setyawan, D. dan D.P. Paramita. Strategi Peningkatan Kelarutan Bahan Aktif Farmasi. Surabaya : Airlangga University Press.  

Trisunaryanti, W. 2018. Material Katalis dan Karakternya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

            






Komentar